Senin, 20 November 2017

Berdagang Itu Perkara Hati

hai, udah lama banget ga nulis di blog, memang susah cita-cita jadi penulis tapi suka lupa nulis hehe..
Kali ini nulis di ipad, di kamar, sebelum tidur, karena belakangan ini lagi seru dan rutin berkegiatan baca buku atau nulis setengah jam sebelum tidur. Yuk...

Malem ini coba nulis tentang Berdagang Itu perkara Hati! Dalem, tapi gakan panjang, karena kalo panjang ntar ketiduran hehe. Berdagang itu perkara hati ? Apa maksudnya? Oke, sesuai pengalaman pribadi saya begini, sehebat apapun kita dalam berdagang, berapa luas apapun ilmu dagang yang kita miliki...belum tentu menjadi kepastian bahwa kita akan sukses. Betul ya.

Teman, berapa kali merasakan ditinggal oleh konsumen tetap? Berapa kali merasakan pembeli gak jadi beli barang kita, dan milih barang orang lain? Pernah ga pembeli sudah bayar tapi minta membatalkan transaksi?

Pernah ga bertanya, kenapa?

Saya jawab dengan singkat, karena reaksi manusia dikendalikan oleh hati. Eh iya gitu? Yup, kebanyakan manusia menentukan sesuatu dengan hati dan fikiran, but mostly with heart. Kalo hati udah cinta dengan Nike, gakan lagi tuh beli Adidas, hehe.

Terus apa? Apa yang harus kita lakukan? Karena masalahnya adalah hati, maka yang harus kita lakukan adalah bagaimana caranya menyentuh hati calon pembeli. Ada satu jawaban pasti dari saya yaitu...dekati Pemilik Hati, Tuhan kita Allah SWT. Karena Dia lah yang bisa membulak balikan hati manusia, Yang Maha Mengetahui, dan Yang Menggerakan hati kita. Mengertilah bahwa setiap transaksi yang kita buat adalah dari Allah Yang Maha Pemberi Rezeki, jika kita mengerti ini kita akan mengerti bagaimana proses pembeli datang dan membeli barang kita.

Jangan terlalu menyalahkan kalau barang kita tidak laku, jangan-jangan kita yang kurang dekat dengan Allah. Teman, dekati sumbernya, begini..kita punya barang, berharap ada pembeli, pembeli pasti memilih mana yang terbaik memakai fikiran dan hati, lantas apakah kita terus menawarkan dengan segala strategi marketing agar pembeli mau membeli? Gak selalu, ada yang terlupakan bahwa pembeli memiliki hati dan fikiran yang digerakan oleh Allah, maka..dekatilah Allah.

Mintalah kepada Allah agar pembeli mau membeli barang kita...the power of doa...

Kira kira begitu, semoga semua faham ya. Semoga tulisan pendek dan gak karuan ini bisa bukan hanya kadi penyemangat berdagang, tapi juga pengingat ibadah.

Good night.

Selasa, 20 Juni 2017

Tiga Kesalahan Berdagang: Biasa Tapi Bahaya!

Selamat malam, selang sekitar seminggu dari artikel sebelumnya yang saya tulis, sekarang saya mau mencoba nulis lagi. Buat pembaca yang belum tau artikel terbaru kemarin silahkan bisa dibaca disini 5 Langkah Membangun Brand. Gak kerasa bulan ramadhan hampir beres, ini minggu terakhir dan jangan disia-siakan, salah satunya menimba pahala dengan terus berbagi ilmu.

Kali ini saya mau mencoba menulis tentang beberapa kesalahan dalam berdagang yang biasanya penjual selalu lakukan, tulisan ini terinspirasi dari salah satu buku Hermawan Kertajaya, pencetus marketing di Indonesia. Yuk dimulai!






Setelah difikirkan dan terinspirasi dari buku tersebut, ternyata ada beberapa kesalahan seorang penjual dalam menjual produknya, yaitu:

1. Terlalu Fokus Pada Keunggulan

Salah satu kebiasaan buruk penjual adalah menjelaskan produk terlalu lebay! Maksudnya disini adalah biasanya kita menjelaskan suatu produk terlalu semangat, memberikan semua informasi-informasi positif tentang produk, lupa jika produk kita masih punya kelemahan.

Ingat, TIDAK ADA PRODUK YANG SEMPURNA. Kebanyakan penjual cenderung fokus pada sisi positif produk, seringkali yang diceritakan itu hanyalah keunggulan dibanding produk pesaing, memang cara ini berhasil, tapi menurut saya ini sudah tidak efektif loh. Di jaman modern ini transparasi sudah menjadi hal yang wajar dan gampang didapat, pelanggan dapat mencari informasi produk melalui internet, media, sampe advokat positif/negatif dari pelanggan lain. Dengan mengatakan bahwa produk kita paling sempurna itu malah bisa menjadi serangan balik buat kita.

Hati-hati disaat kita meyakinkan calon pelanggan, disaat mereka telah yakin untuk membeli produk kita dengan segala keunggulannya, disaat yang sama pelanggan pun bisa tiba-tiba membatalkan transaksi atau bahkan kecewa karena ada hal-hal negatif tentang produk yang mereka tau dan didapat dari sumber lain, atau bisa lebh parah dari itu.

Solusinya, berikan KEJUJURAN, berikan informasi-informasi tentang keunggulan dan jika memungkinkan berikan juga kelemahannya jika memang itu bermanfaat buat mereka, karena dengan itu pelanggan dapat membandingkan dengan baik apa yang sebenernya mereka butuhkan. Pelanggan batal membeli? it's okay! tapi citra pelayanan kita akan naik dimata mereka, at least kita sudah memberikan solusi untuk mereka.

2. Mengumbar Janji Kepada Calon Pembeli

Janji adalah hutang, kita wajib untung melunasinya. Sama hal dengan penjual yang selalu mengumbar janji-janji manis kepada pelanggan dengan maksud untuk menumbuhkan keyakinan dan ikatan antara pembeli dan produk. Ini sebenernya cara bagus,  tapi biasanya disaat pelaksanaan sering kali malah tidak sesuai ekspektasi pelanggan, jatuhnya malah jadi kecewa.

Solusinya, selalu ingat janji dan berikan yang terbaik! Memberikan janji itu bagus untuk meningkatkan ikatan, baik kecil ataupun besar, dan lebih sempurna kalo janji itu terpenuhi dan melebihi ekspektasi. Pelanggan akan sadar bahwa kita tidak hanya memberikan janji tapi juga berusaha untuk memenuhinya. Bisa jadi pelanggan akan kagum dengan komitmen-komitmen yang kita penuhi.

Contohnya, jika kita berjanji akan mengirim barang pukul 3 sore, maka kirimlah barang tersebut pada waktunya. Ingat, pelanggan kita sangat jeli terhadap barang yang dibeli dan kepada penjualnya!

3. Meremehkan Hal Kecil

Jika hal kecil lebih bermanfaat, kenapa tidak dilakukan? banyak banget penjual melakukan hal besar seperti merubah slogan, merubah warna, merubah nama, untuk meraih perhatian calon pelanggan, saya tidak mengatakan itu salah, tapi jika kita perhatikan masih banyak hal kecil yang dilupakan tapi sebenernya bermanfaat untuk mendapatkan perhatian lebih.

Contoh kecilnya adalah sapaan ringan ketika pertama kali bertemu, nama pelanggan, sampai dengan permintaan khusus disampaikan pelanggan. kadang kala hal kecil kaya gini justru dapat berdampak besar pada hubungan yang dibangun antara penjual dan pelanggan. Memang kelihatannya sepele, tapi jika diabaikan bisa jadi tumpukan keluhan pelanggan.

Contoh yang lain adalah kembalian transaksi, sekarang banyak seorang kasir memberikan permen sebagai pengganti uang kembalian, emang bener sih kecil jumlahnya..tapi jangan salah, sifat pelanggan itu berbeda-beda, mereka sangat jeli atas kekecewaan. Rp. 200,- pun sangat berharga untuk mereka yang sedang membutuhkan uang. Masuk akal kan?

Perhatikan kembali alur jualan kamu, lihat hal-hal kecil yang terlewat, dan jangan abaikan sekarang, segera perbaiki!


Nah ini dia kebiasaan buruk kita sebagai penjual, pernah terfikirkan tiga hal diatas ini? mari kita perbaiki agar kita mendapatkan lebih banyak lagi keuntungan dalam berjualan.




Minggu, 11 Juni 2017

5 Langkah Membangun Brand

Assalamualaykum, selamat siang..gak kerasa udah 4 bulan lebih saya gak nulis di blog, ini pertama kalinya lagi saya buka blogger di tahun 2017 hehe..semoga yang baca masih tertarik buat baca ya. Seperti biasa saya mau coba nulis lagi, cerita lagi, curhat lagi, dan berbagi lagi sama temen-temen semua tentang BRAND. Kenapa sih tentang BRAND terus? karena BRAND ini salah satu materi yang sedang saya geluti, pelajari, dan implementasikan di bisnis saya, semoga bermanfaat.

Kali ini sayang mau coba menulis tentang 5 LANGKAH MEMBANGUN JATI DIRI BRAND!
Menarik, karena kemarin waktu saya jadi pembicara di acara saya sendiri, ada peserta yang nanya tentang gimana caranya membangun brand? ini kalo dijawab bisa 2 hari gak selesai, tapi ada beberapa proses yang bisa saya jelaskan disini dengan singkat dan semoga jelas.

Sebelumnya saya sudah pernah membahas tentang "APA ITU BRAND?" di artikel sebelumnya, bagi yang belum baca silahkan baca disini, agar persepsi kita tentang brand sama.


Gimana sih membangun jati diri untuk brand kita? menurut Hirarchy of Need atau susunan tingkat kebutuhan manusia, dijelaskan ada 5 tahap membangun jati diri sebuah brand, disini disebutkan poin-poinnya dan akan saya coba jelaskan dengan singkat.


Ini dia piramid Hirarchy of Needs, saya beri contoh dari slide saya yaitu tingkat kebutuhan dari merk lokal JOGER. 5 tahap yang saya sebutkan adalah: 1. Physiological needs 2. Safety Needs 3. Social Needs 4. Esteem Needs 5. Self-actualisation.
Apa sih ini semua? nah oke lanjut baca ya..

PHYSIOLOGICAL NEEDS
Ini adalah tahap dasar kita untuk membangun sebuah brand, seperti yang telah dijelaskan di artikel sebelumnya bahwa brand adalah sebuah ikatan antara produk dan pembeli, maka point ini adalah tahap dimana kita harus membuat produk yang memang diperlukan oleh pembeli. Menciptakan produk yang menjadi kebutuhan dasar pembeli akan memudahkan membangun sebuah ikatan, semakin terikat maka pembeli akan semakin ingat. Contoh diatas adalah joger, merk yang membesarkan nama pulau Bali, sehingga sudah sewajarnya kalo kita berwisata ke Bali, gak afdol kalo gak beli barang Joger, jadi Joger sudah menjadi kebutuhan belanja kalo kita wisata ke bali.
Sudahkan kamu menciptakan produk yang dibutuhkan pelanggan?

SAFETY NEEDS
Ini adalah tahap dimana produk kamu memberikan manfaat 'keamanan' kepada konsumen, keamanan seperti apa? apapun dari value produk kamu, harga murah adalah keamanan dan ketenangan hati konsumen, kualitas tinggi adalah kebutuhan keamanan bagi konsumen. Contoh Safety Needs Joger adalah harganya terjangkau, mereka memberikan ketenangan kepada konsumen dari sisi keuangan mereka, dan joger menjual berbagai macam kebutuhan fashion, aksesoris, dll sehingga merasakan kenyamanan belanja tidak perlu repot pergi ke berbagai toko, cukup masuk toko joger dan semua yang dibutuhkan bisa didapatkan.

SOCIAL NEEDS
Social needs adalah tahap dimana pelanggan sudah mencintai brand kita, dimana mereka sudah merasakan atau melewati tahap physiological needs dan safety needs dari produk kita. Tahap ini adalah proses pelanggan mencintai kita dan kita mencoba untuk tetap mencintai pelanggan dengan melakukan beberapa cara membangun brand yang dicintai dari segi produk dan lainnya. Pelanggan berkeinginan untuk menjadi bagian dari brand kita, maka bukalah peluang-peluang itu, peluklah pelanggan dengan berbagai cara seperti memberikan member card, surprise gifts, dan beberapa evaluasi produk dan brand sehingga pelanggan terus mencintai. Dengan melewati proses ini, ikatan antara brand dan pelanggan akan semakin meningkat.

ESTEEM NEEDS
Dalam tingkat ini, pelanggan bukan hanya mencintai brand kita, tetapi lebih dari itu. Mereka sudah merasakan rasa bangga saat memakai brand kita di muka umum, mereka membutuhkan pengakuan positif yang membanggakan saat mengkonsumsi brand kita. Ini adalah tahap yang paling diinginkan oleh para pembangun brand. Tahap ini terjadi jika kita sudah melaksanakan tahap-tahap sebelumnya dengan benar dan terarah. Yang harus kita lakukan adalah terus menciptakan produk dan sistem bisnis yang baik, dan juga bermanfaat. Bangunlah produk dan brand kita hingga dapat membantu merubah kehidupan mereka, jadi kita tidak hanya memberikan manfaat berupa fisik tetapi juga memberikan manfaat batin. Buatlah produk dan brand anda sebagai solusi kehidupan pelanggan.

SELF-ACTUALIZATION NEEDS
Ini adalah puncak dalam membangun brand, dimana brand/produk kita sudah mengikat dan melekat dalam kehidupan pelanggan, melebihi ekspektasi, melebihi proses esteem needs. Disini pelanggan akan memberikan segalanya untuk brand. Di tahap ini pelanggan dapat menyalurkan diri dalam bentuk nyata di kehidupannya karena memakai brand kita. Contoh nyata yang saya sering alami adalah saya merasa lebih semangat dan bergairah dalam berolahraga ketika saya  memakai brand NIKE, disinilah saya sudah mencapai tingkat ini dengan brand tersebut. Kebutuhan ini terjadi jika 4 tahap teori sebelumnya sudah dibangun dengan baik.

Teori ini dapat membantu kita dalam membangun sebuah brand, tentu ini bukan cara satu-satunya, ada beberapa cara lagi untuk membangun brand. Apa itu? sudah malam ikan bobo, insya Allah di artikel selanjutnya sya akan coba bahas.